Sebuah pelajaran tentang tanggung jawab dong


Dulu saat gagal, salah atau kecewa, saya selalu menyalahkan situasi dan orang lain. Mengganggap mereka menjadi penyebab apa yang terjadi pada saya.

Saya merasa orang lain yang bertanggung jawab atas semuanya. Ini selalu salah mereka, pikir saya.

Jika saja si dia gini pasti aku nggak gini. 
Karena dia gini aku jadi gini kan. 
Ini bukan salahku, semua karena dia. 

Pikiran seperti itu membuat hidup saya menjadi lebih mudah. Tidak ada yang perlu saya pikirkan secara serius. Tidak perlu effort luar biasa untuk hidup saya, wong pada akhirnya orang lain yang menjadi penentu hasil saya.Kalau baik seneng, kalau buruk ya tinggal salahin orang lain. Enak tho?

Sumber : www.bestsayingsquotes.com

Mimpi-mimpi yang saya tuliskan juga tidak pernah tercapai karena saya merasa orang lain menghalanginya. Mereka membuat saya tidak bisa meraihnya, hingga saya pun menghentikan usaha saya. Saya gagal. Saya selalu gagal karena mereka.

Kegagalan berturut-turut, yang menurut saya disebabkan oleh orang lain itu, membuat diri saya tidak percaya diri. Saya mulai menyalahkan diri sendiri. Bisa apa saya? Tidak pernah menyelesaikan apapun. Tidak bisa diandalkan.

Sedih. Iya. Saya kehilangan kepercayaan diri. Saya melempar tanggung jawab ke orang lain dan saya meratapi diri sendiri. Rasanya tidak ada yang mendukung saya, bahkan diri saya sendiri.

Ah menyedihkan ya, apalagi ketika melihat teman-teman lain yang begitu cepat melesat jauh kedepan. Sementara saya masih anteng disini menciut habis dalam pikiran sendiri.

Hingga suatu hari, secara perlahan saya sadar. Saya tidak benar-benar mengenali diri saya.  Saya tidak benar-benar ingat apa mimpi saya. Saya begitu mudah putus asa. Saya mulai sadar, menyalahkan orang lain ternyata tidak merubah kondisi saya menjadi lebih baik. Bahkan jadi lebih buruk.

Perlahan saya mulai belajar untuk menerima apapun hasil yang diterima tanpa menyalahkan orang lain. Sedikit demi sedikit saya juga mulai membangun kesadaran diri saya. Kesadaran bahwa apa yang saya lakukan sepenuhnya adalah tanggung jawab saya. Apa yang terjadi pada hidup saya, keputusan yang saya pilih, tindakan yang saya kerjakan semua adalah tanggung jawab saya sendiri. Bukan orang lain, orang tua atau teman-teman saya. Saya bertanggung jawab penuh terhadap hidup saya, bukan orang lain.

Perlahan juga saya mulai menimbulkan rasa percaya diri saya. Bukan hal yang mudah memang, apalagi bagi saya yang tidak pernah melakukan sesuatu tanpa menyalahkan orang lain. Meyakinkan diri bahwa saya bisa. Mengingatkan diri untuk berhenti menyalahkan orang lain. Menyadarkan bahwa semua akan bahwa semua baik-baik saja.

Dan begitu ada salah satu usaha yang membuahkan hasil, walaupun sangat kecil.  Saya merasakan sebuah kebahagiaan. Perasaan yang tidak saya rasakan ketika saya terus menyalahkan orang lain. Saya bisa tertawa, bersyukur atas hal-hal kecil. Bahkan mata saya lebih terbuka melihat orang-orang disekitar saya dengan positif. Mereka yang ternyata mendukung saya dengan tulus dan betapa berartinya mereka selama ini. T.T

Bisa dibilang saya mungkin telat menyadari ini semua. Tentang tanggung jawab ini.  Tapi setidaknya saya masih diberi kesempatan untuk menyadarinya. Saya menulis ini pun ini sebagai pengingat diri sendiri.

Mungkin juga saat ini kamu merasakan apa yang saya rasakan. Ah kamu tidak sendiri kawan. Menurut saya setiap orang akan melalui proses ini. Hanya saja memang prosesnya berbeda-beda. Tapi memang pada akhirnya diri kita sendiri yang bertanggung jawab penuh atas diri ini. Bukan orang lain.

Dulu saya pernah bertanya mengapa orang bisa disebut dewasa? mengapa orang dewasa mau bekerja keras untuk hal-hal yang membosankan?

Mungkin jawabannya adalah karena mereka, orang dewasa, sudah menyadari untuk bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Atas keputusan-keputusan yang sudah dibuat. Mereka mempunyai mimpi dan tujuan, yang mungkin sederhana, tapi mereka bertanggung jawab atas mimpinya.

Tentang tanggung jawab ini saya tidak bisa memikirkan contoh paling mudah selain orang tua. Mereka yang berjuang mempertaruhkan hidup mati untuk anaknya. Mereka berjuang mungkin hanya untuk melihat senyum anaknya. Mereka bertanggung jawab atas titipan Tuhan. Mereka akan sangat bahagia ketika sang anak bisa tersenyum bahagia.

Ah tulisan ini jadi cukup panjang. Sekali lagi tulisan ini saya jadikan pengingat. Bahwa saya pun pernah melewati masa yang cukup kelam. Sampai sekarang saya pun masih berusaha untuk bertanggung jawab penuh atas hidup saya sendiri. Jika kamu mungkin menemui orang yang sering menyalahkan orang lain dan belum dewasa. Bersabarlah. Mereka mungkin hanya belum mendapatkan kesadaran bagaimana indahnya hasil yang didapat dengan tanggung jawab penuh.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya memakai serum rambut rontok!

Review Gio Dental Care Jogja Tambal Gigi Depan

Cerita Nikah - Biaya Nikah Hemat di Masa Pandemi Jogja