RIndu dong

Jam menunjukan pukul 22.45 saaat saya sampai di rumah. Perjalanan malam dari pondokan KKN ke rumah malam ini agak berbeda dari malam sebelumnya, dingin dan bikin deg-degan. Tapi bukan deg-degan karena ada yang nyatain cinta kok. #duh

Saya memang nggak biasa pulang malam, biasanya hanya kalau kepepet saja dan acara-acara penting. Tapi itu bukan berarti saya takut. Selama ini kalau saya terpaksa pulang malam, selalu biasa saja, ndak takut atau parno.

Tapi malam ini, setelah rapat dengan pemuda di pondokan KKN, saya memang agak ragu mau pulang atau tidak. Sebenarnya bisa saja malam ini nginep di pondokan, tapi sayangnya esok hari ada kerjaan dirumah yang ndak bisa ditinggal, mau nggak mau saya harus pulang.

Jalan Parangtritis menjadi jalan yang saya pilih. Alasannya jarak dari lokasi KKN sampai kerumah memang lebih dekat lewat jalan ini. Jalan cukup ramai, sepeda motor dan mobil masih banyak menuju ke arah kota jogja. Mentok dijalan parangtritis, deg-degan pun dimulai. Pas dapat lampu merah, dari arah barat ada sekelompok orang dengan sorban yang ditaruh dipundak yang naik motor sambil digeber-geber. Sekelompok ini bukan dua atau tiga orang saja. Tapi banyak banget, mungkin 20 motor ada, lebih kayaknya. Mereka menuju ke arah utara. Dan itu artinya, kami bakal satu arah. Itu satu-satunya arah untuk pulang.
Pas lampu sudah hijau, ternyata polisi yang jaga sudah stand dan mengarahkan kami untuk tidak ikut ke "pawai" tersebut. Manut, iya. Tapi saya lalu muter, lha wong itu satu-satunya jalan pulang. Maaf pak polisi.
Dan salah ternyata ndak manut sama pak polisi. Baru jalan beberapa meter, ternyata rombongan berhenti ditengah jalan. Dari pndangan mata, mereka tampak lagi ribut. Haduh.. beberapa motor didepan saya malah ikut berhenti, ikut nonton. Mau ndak mau saya juga cuma bisa ikut nonton gerombolan orang yang mulai berteriak-teriak. Hingga ada suara letusan.

Saya sempat mikir, oh mereka mungkin lagi nyalain mercon. Eh..
tapi bukan, kemudian ada tiga kali susulan letusan. Dan itu berasal dari salah satu dari kelompok yang membawa pistol, dan menembakannya ke atas. Ya ampuun..

Jadi deg-deg-an gitu,malem-malem dingin nonton adegan live tembak-tembakan. Karena takut, saya pun memilih ngacir, muter balik.

Beneran muter balik, yaitu muter terus keliling jalan sekitar situ terus balik lagi lewat situ. Ya karena emang cuma bisa lewat sana. Alhamdulillah rombongan -rombongan berbendera dan bersorban sudha nggak ada, diganti beberapa polisi.

Saya ndak tahu juga sih itu dari "kelompok" apa. Yang pasti memang agak mengerikan. Selama ini kalau pulang malam saya biasa merasakan jogja yang aman-aman, sat ini saya jadi agak ragu :(
semoga jogja kembali seperti dulu lagi. Rindu jogja yang nyaman dan aman :(


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya memakai serum rambut rontok!

Review Gio Dental Care Jogja Tambal Gigi Depan

Cerita Nikah - Biaya Nikah Hemat di Masa Pandemi Jogja