Sebuah Perkenalan


Selama ini, aku tak pernah mengenal kematian. Bagiku kematian itu wajar, seperti hidup. Ada yang datang. Dan ada yang pergi. Suatu hari mungkin kamu akan bertemu orang. Orang itu bisa saja mendapatkan perhatianmu dan akan sepesial. Bisa juga kamu abaikan dan akan menjadi tak pernah ada. Dan di kemudian hari, orang itu akan pergi. Entah sebagai orang sepesial atau terabaikan. Yaa..itu hukum alam dan itu wajar.

Selama ini, aku bisa mengerti ketika ada sesuatu yang baru datang dan aku berusaha memahami ketika ada yang hilang atau pergi. Aku siap menghadapinya karena kehadiran dan kepergian itu memang hal yang berpasangan. Bukankah hidup memang seperti itu, ada yang datang. Ada yang pergi. Ada yang hilang. Dan itu wajar.

Selama ini, tangis dalam kematian dan kehilangan bagiku hanyalah tangis semu. Mereka sebenarnya hanya menangisi kenangan. Yang tertancap dimemori dan akan diputar ketika melihat nama diatas batu nisan. 

Lalu kenapa orang harus menangis? kenapa orang harus bersedih diantara kewajaran-kewajaran dunia ini. Bukankah semua ini benar-benar hanya hal yang wajar. Seperti ketika kita tiap pagi harus buang kotoran. Itu wajar kan? 

Ah perumpamaanmu itu meg. Pemahamanku sepertinya sangat dangkat. Mungkin aku terlalu terbawa alunan cerita tv murahan yang termehek-mehek menampilkan dan menunjukan sebuah kehilangan dan kesedihan. Ah entahlah. Persetan dengan yang selama ini aku pahami dan ketahui.

Yang pasti saat ini aku begitu tahu rasanya sedih, kehilangan dalam sebuah kematian. Rasanya seperti menyakitkan Tuhan mengambil seseorang yang begitu dicintai dan semua orang merasakan kesedihan yang sama.

Hanya satu yang membuatku tenang. Tuhan yang menghendaki ini. Dan aku percaya Tuhan sedang memberikan yang terbaik, seperti biasanya.


RIP. Mbah Sarpan 
Innalillahiwainailaihi Rajiun 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya memakai serum rambut rontok!

Review Gio Dental Care Jogja Tambal Gigi Depan

Cerita Nikah - Biaya Nikah Hemat di Masa Pandemi Jogja