Cinta Seorang Ibu



Pagi ini rasanya masih engan bangun dari tempat tidur. Kepala rasanya masih melayang-layang karena kemarin memang sedang nggak enak badan. Begitu mata ingin terpejam lagi, tiba-tiba saya dikagetkan sama suara tangis di jalan. Tangis anak kecil yang sampai sesenggukan. Tak lama suara itu disusul suara ibu-ibu yang membujuk – yang menurut tebakan saya adalah anaknya – agar berhenti menangis. Tubuh saya masih sangat lemas untuk bangun sekedar melihat apa yang sebenarnya terjadi didepan. Bujukan si ibu tak mempan untuk si anak yang tetap menangis sedih.
“ Kenapa nok, kok nangis?” tiba-tiba muncul suara yang tak asing. Yap..itu suara ibu saya.

“ Ini nggak mau sekolah, rebutan sepeda sama adiknya.” Jawab sik ibu. Oh ya percakapan ini sebenernya pakai bahasa jawa, biar nggak roaming saya translate aja :)
“ Owalahh..ya udah nggak papa. Cup cup..udah jangan nangis.Ga papa nggak sekolah dulu. Diajak pulang aja buk,” hibur ibu saya. Ibusaya dan ibu si anak terlibat percakapan singkat, sampai akhirnya mereka memutuskan pulang.
Begitu saya udah agak enakkan, saya akhirnya keluar dari kamar dan Tanya apa yang terjadi. Kata ibu, itu tadi anak kecil nangis didepan rebutan sepeda sama adiknya. Adiknya kelas satu si anak yang menangis itu kelas tiga. Mereka 4 bersaudara. Karena rebutan sepeda, si kakak menangis dan nggak mau sekolah. Ibunya tadi ternyata juga ikut menangis.
Yang terpikir saya saat juga adalah ibu yang ikut menangis ketika anaknya sedih. Ya walaupun mungkin saja sih kalau dilihat si Ibu tidak tegas sama anaknya, si anak nangis bisa aja karena manja. Tapi ya mungkin juga si ibu juga sedih karena tak mampu membelikan anaknya sepeda, sampai harus rebutan sama adiknya dan nggak mau sekolah. Ah..apapun alasan dibalik itu semua, saya tetap akan jatuh cinta dengan sosok ibu. Saya tahu ibu saya juga akan ikut sedih ketika saya sedih. Dulu ketika saya hampir tertabrak mobil, dan saya pulang dengan masih gemetaran dan tangis ketakutan. Ibu saya juga turut menangis bersama saya. Cantik sekali ya cinta ibu itu.
Dulu saat saya SD juga pernah ada kejadian seorang anak di olok teman-temannya sampai menangis. Olok-oloknya saat jahat saat itu, mereka bilang bahwa  bapak si anak itu maling. Oh God! Si anak akhirnya menangis dan terpaksa guru memanggil orangtua anak. Akhirnya si ibu muncul, membawa pulang si anak. Si ibu datang dengan air mata yang terus meleleh, kemudian memeluk anaknya. Mereka  berdua kemudian pulang dengan airmata. Momen itu terekam dimemori saya saat saya kelas 3 kalau nggak salah. Saat itu saya berfikir, kenapa si ibu menangis, kenapa mereka berdua menangis. Bagaimana ibu itu ikut menangis, padahal yang dinakali kan anaknya.
Cinta Ibu sepertinya menjadi hal yang akan otomatis tertanam di setiap sosok yang menyandang gelar ibu. Ah..sangat indah. Dan aku sangat bersyukur atas hadiah Tuhan yang juga sudah memberikan ibu luar biasa untukku.  Semoga kelak, ketika gelar itu aku sandang. Ketika ada seorang yang memanggilku ibu dan dia anakku. Aku ingin menjadi ibu yang juga luar biasa, seperti ibuku, seperti ibu ibu  didunia ini yang mencintai tulus dengan cinta seorang Ibu. Amin. Terimakasih Tuhan :)

Sumber gambar :
damashsuryasund.wordpress.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pentingnya memakai serum rambut rontok!

Review Gio Dental Care Jogja Tambal Gigi Depan

Cerita Nikah - Biaya Nikah Hemat di Masa Pandemi Jogja